zORB44u1Y5Szogk9hvRg5anbZDydcDDjseaSpgOw

Apa Kabar?


Apa kabar Abah di sana? Persis sembilan tahun yang lalu Abah pergi. Apa tidak kangen sama kami? Iya, kangen. Satu kata yang bahkan belum pernah terucap. Entah dari mulutmu. Entah itu dari mulutku. Tapi jangankan mengucapkannya, berpelukan saja kita tidak pernah.

Abah, masih ingat anak sulungku? Dia baru umur empat bulan saat akinya pergi. Padahal dia belum sekali pun bertemu denganmu. Dia sekarang punya adik. Mungkin kamu masih ingat anak kecil yang pernah aku gendong ke tempat tinggalmu yang baru. Waktu itu giginya patah dan ia tidak henti-hentinya menangis. Dia jatuh karena keteledoranku. Di hadapanmu, sebelum pulang ke Jakarta, aku berjanji semua akan kembali baik-baik saja.

Abah, tahukah kalau mereka sering menanyakan rupamu? Mereka juga kerap menanyakan kenapa akinya pergi sebelum mereka mengenalnya. Aku tidak tahu jawabannya. Karena pertanyaan-pertanyaan itu pula yang ingin aku tanyakan.

Maaf, Abah. Jam yang Abah titipkan di pertemuan terakhir kita sudah rusak. Aku masih ingat, ketika itu aku pulang ke rumah tanpa memakai jam tangan. Dan, Abah menawarkan satu jam untuk aku pakai. Bodohnya aku tidak melihat itu sebagai penanda perpindahan tongkat estafet waktu. Sekarang anak-anakku memanggilku 'Abah'. Seperti ketika aku yang pertama kali memanggilmu dengan panggilan itu.

Di hari kepergianmu aku tidak ada di tengah orang-orang yang bersalat dan mendoakan kebaikanmu. Orang bilang masjid tidak mampu menampung duka mereka. Dulu aku suka kesal, di usia yang senja, Abah masih saja mikirkan urusan-urusan orang. Tapi sekarang aku tahu, kenapa orang-orang juga kehilanganmu. Aku tidak menyesal karena tidak sempat memelukmu malam itu. Malam itu aku tidak ingin Abah terlambat hanya karena menungguku yang masih terjebak di jalan pulang.

Maaf, Abah. Mungkin aku sudah jarang mendoakanmu. Mungkin aku belum jadi penerang di tempat tinggalmu yang baru. Bahkan, ketika pulang pun aku tidak menyegerakan menyapamu. Bukan, bukannya aku tidak mau. Tapi karena aku masih belum bisa memercayai kepergianmu yang tiba-tiba.

Maaf, Abah. Aku masih patah hati. Untungnya, aku bisa memeluk luka itu untuk mengobati sakitku. 
Baca Juga
Terbaru Lebih lama
Abah
Generasi Micinial

Artikel Terkait

Posting Komentar